Pernak Pernik Kampus 2
“Gayus
Timbunan”
Tahun 2009 dan 2010, Sudah 3 semester rasanya
saya libur mengajar karena terjadi musibah kecelakaan yang mengharuskan saya
tidak dapat memberikan kuliah,. awal 2011 saya kembali mengajar sesuai dengan
tugas saya memberikan kuliah disemester genap dengan mata kuliah “Akuntansi
Pajak"” pada semester V Jurusan Akuntansi, Saya memberikan kuliah pada setiap hari
Senin Malam Selasa Jam 07.00, dikarenakan kesibukan kantor disiang hari, saya agak
terlambat datang ke Kampus, tepatnya jam 07.30 pada sa'at itu para Mahasiswa
sedang santai dan duduk diluar klas di lantai II Kampus.
Melihat saya datang dari jarak 30 m para
Mahasiswa berhamburan masuk klas dan dari jauh saya dengar jeritan Mahasiswa !!!! Masuk…….Masuk…… Masuk………. Pak Gayus Datang!!!!.
Saya masuk
klas dan termenung sejenak, perasaan saya sementara kurang enak, mamang telah
terjadi rasa ketidak percayaan masyarakat yang sangat tinggi akhir-akhir ini dengan Pemerintah karena telah terjadi
kebocoran uang rakyat dimana-mana. Saya selalu mendapatkan pertanyaan yang
sangat tajam dan pedas dari Mahasiswa pada sa’at mengajar mata kuliah ini,
ingin…. Rasanya saya meninggalkan mata kuliah ini…. Tapi karena tugas dan
tanggung jawab sesuai spesilisasi saya, tanggung jawab ini harus saya
laksanakan.
Akibat Nila
Setitik Rusaklah Susu Sebelanga, Pepatah ini kurang cocok kalau dipakai pada sa’at
sekarang yang tepat adalah “Akibat Nila Sebelanga maka Rusaklah Susu setitik” apapun yang dijelaskan pasti tidak akan sesuai dengan
kenyataan karena sesuai Mata Kuliah yang saya ajarkan memang telah terjadi
penyimpangan yang sangat luar biasa priode 10 tahun terakhir..
Saya tidak bisa
menyalahkan anggapan ataupun praduga sebagian kalangan Mahasiswa, dengan
terjadinya kasus Gayus Tambunan seolah-olah mencoreng seluruh aparatur Pemerintah,
terlebih lagi yang bernaung dibawah Kementerian Keuangan Cq. Direktorat Jendral
Pajak.
Tidak pernah
terbayang bagi saya Sosok Gayus Tambunan dengan masa kerja 10 Tahun Lulusan
STAN Tahun 2000 ini bisa menghimpun kekayayan sebesar 25 Milyar di berbagai
rekening pribadi, 60 Miliyar berbentuk Dollar, 14 Milyar berbentuk perhiasan,
3,6 Milyar pada tabungan istri Milana Anggraeni, belum lagi Rumah dan Mobil
dengan Total lebih dari 100 Milyar.
Saya pernah
bekerja di Kementerian Keuangan selama 18 Tahun, 10 Tahun diantanya di
Direktorat Jendral Pajak terakhir sebelum saya mengundurkan diri Tahun 2009 terakhir
saya menempati Pos Kepala Seksi PPN dan PTLL di Kantor Pelayanan Pajak Bukit
Tinggi.
Sebelumnya saya juga pernah menempati Pos Kasubsi Verifkasi PPh di KPP
Batam dan Kasubsi Pemeriksaan di Kanwil II DJP. Dan saya memulai karier dari
Staf biasa.
Walaupun
saya telah meninggalkan Direktorat Jendral Pajak lebih dari14 Tahun, namun
naluri saya masih merasakan betapa kawan-kawan yang saya tinggalkan merasa
sangat terpukul dengan ulah Gayus Tambunan.
Dizaman saya
berkerja pada Direktorat Jendral Pajak rasanya tidaklah mungkin sampai Pejabat
Eselon II pun dapat memupuk kekayaan seperti itu, karena “dulunya
kita masih punya hati nurani dan sedikit rasa malu”
tapi sekarang…………………..!!!!
Salaku petugas
Pajak, tidaklah mungkin Om Gayus kerja
sendirian, apalagi hanya sebagai staff biasa yang disebut dengan “Pelaksana”.
Kalau Gayus Tambunan seperti ini saya yakin dan percaya sekarang banyak “Gayus
Gayus Timbunan” lagi dan ini bukan hanya di
Direktorat Jendral Pajak, Kementerian Keuangan, tapi merata disemua Lini baik
Eksekutif, Legeslatif dan Yudikatif……….. Wong Qur’an aja dikorupsi apa lagi
yang lain.
Saya pernah
mendengar kelakar dari para dosen” Kalau ada Pajak atau Proyek untuk Tuhan di
Indonesia, pasti dikorupsi oleh petugas : artinya korupsi bukanlah hal yang
tabu, secara tidak langsung korupsi merupakan pekerjaan sehari-hari dan
untung-untungan.
Kalau ke…tau…..an,
ya….. anggap saja lagi apes…. Tapi percaya
atau tidak, banyak lagi korupsi yang tidak terungkap atau sengaja tidak
diungkap dan kalaupun terungkap hanya sebagian kecil kasus yang diungkap. Sisanya
……… Mana…….. ke…. te…..he………..
Akhirnya
dengan perasaan yang kurang mantap saya hanya memberikan 1 (satu) study kasus
untuk didiskusikan Mahasiswa dan boleh didiskusikan dirumah, minggu depan kita
bahas bersama.
Tanpa
menunjukkan rasa kesal dan rasa marah saya sampaikan “ Jika kita marah dengan
Nyamuk janganlah Kelambu dibakar…………….. dan……..Jika marah dengan Tikus
Janganlah lumbung padi kita hancurkan.
Tapi dibalik
kata-kata itu sebenarnya saya juga menyimpan pertanyaan,….. Bagaimana kalau
didalam kelambu sudah penuh dengan nyamuk dan baimana pula kalau didalam
lumbung padi itu sudah banyak dengan tikus…
Semoga saja dengan
kejadian ini kita diberikan kesadaran agar tidaklah lagi ada . Gayus-Gayus Timbunan yang lain........Amiiiinnnnn!!!!!
Komentar
Posting Komentar